Tuesday, November 29, 2011

Wow.. Gara-Gara Monyet, Model Hampir Telanjang

Charmian Chen, mahasiswi asal Taiwan, tidak pernah menyangka bahwa insiden memalukan saat dua ekor monyet ekor panjang membuat atasan bikininya melorot justru membuat dia jadi tenar di dunia maya. Chen, yang kebetulan seorang model, mengunjungi kawasan Sacred Monkey Forest di Ubud, Bali, bulan lalu saat dua primata yang "kurang ajar" itu "menggerayangi" dia dan membuat atasan pakaiannya melorot.

Mahasiswi berusia 22 tahun itu sedang berlibur dan tengah memberi makan monyet-monyet ketika peristiwa tersebut terjadi. Dua monyet itu rupanya melihat ada biji jagung yang jatuh mengenai bagian atas tubuh Chen. Primata tersebut menginginkan biji jagung itu.

Meskipun Chen berusaha keras mengusir para monyet itu, salah seekor berhasil menarik bikini model itu hingga melorot. Chen pun jadi malu dan berusaha untuk menutupi dirinya sebaik mungkin dengan menggunakan tangannya.

Peristiwa liburan yang membuatnya malu dan terasa konyol itu justru telah membuat Chen jadi bintang tenar di internet. Foto-foto kejadian itu menjadi berita utama di Taiwan, sejumlah stasiun televisi meminta dia untuk tampil dan berbicara tentang kejadian tersebut. Foto-foto tersebut juga telah menyebar ke seluruh dunia, muncul di situs blog, forum, serta media di AS, Inggris, dan Eropa, demikian antara lain menurut Daily Mail dan The Sun, Selasa (29/11/2011).

Chen bilang, "Saya sedang berlibur dan pada awalnya foto-foto itu lucu saja. Namun, ketika saya kembali ke Taiwan, semua orang yang mencoba untuk menambahkan saya sebagai teman mereka di Facebook. Saya berpikir, ini agak aneh."

Ia melanjutkan, "Kemudian salah satu dari mereka bilang, mereka sudah melihat foto-foto (saya) itu dan saya benar-benar terkejut. Hal berikutnya yang saya tahu adalah saya mendapat telepon dari stasiun televisi. Saya sedang berlibur di Bali, jadi saya tidak keberatan. Tapi, kembali di Taiwan, saya masih ingin belajar, jadi saya tidak ingin menjadi terkenal hanya karena payudara saya. Tapi sesungguhnya itu menyenangkan, orang mendatangi saya dan bilang 'you're the monkey girl' dan hal itu membuat saya tertawa."

Chen mengatakan, monyet-monyet itu, selain lapar, juga tertarik pada bikini-bikini yang dipakai banyak pengunjung. Dia menambahkan, "Saya pikir, ketika monyet-monyet itu menarik pakaian saya, itu karena ada jagung. Namun, staf taman itu mengatakan, pengunjung yang berbikini cerah memang menarik perhatian para monyet. Saya pikir warna-warna cerah itu mereka kira mungkin buah. Saya tidak tahu tentang hal itu (sebelumnya), tapi sangat aneh pada ketika itu." jelasnya. (kompas)

Monday, November 28, 2011

Gol Sundulan Terjauh

Pemain Fagiano Okayama, Ryujiro Ueda, berhasil memecahkan rekor dunia mencetak gol melalui sundulan. Tandukan Ueda dari jarak 58 meter tanpa diduga merobek jala lawan.

Gol fenomenal itu tercipta saat Fagiano Okayama menghadapi Yokohama FC di divisi dua Liga Jepang, Minggu (30/10/2011) lalu.

Kiper Yokohama, Kentro Seki, awalnya melakukan tendangan gawang ke tengah lapangan. Ueda yang berada di posisi yang tepat menyundul bola sambil sedikit melompat.

Bola sepertinya tidak berbahaya karena sundulannya memantul dan mengarah tepat ke Seki. Namun, Seki yang meremehkan laju bola harus membayar mahal kelalaiannya.

Bola memantul melewati Seki. Setelah pantulan ketiga bola pun menggetarkan jala Yokohama.


Sunday, October 23, 2011

Video Kecelakaan Marco Simoncelli

Berikut video kecelakaan Marco Simoncelli di Sirkuit Sepang, 23 Oktober 2011

Thursday, August 18, 2011

Anjing Bersinar dalam Gelap


SNU

Anjing bernama Tegon punya kemampuan bersinar dalam gelap. Tegon adalah anjing kloning yang dihasilkan ilmuwan Korea Selatan untuk penelitian penyakit manusia, seperti alzheimer dan parkinson.
"Tegon bisa bersinar di bawah sinar ultraviolet jika diberi antibiotik doxycycline," ungkap Lee Byeong-chun, ketua tim peneliti dari Seoul National University (SNU).

Tegon yang lahir pada 2009 memang bukan anjing hasil kloning pertama yang dihasilkan SNU. Pada 2005 ada Snuppy, yang lahir dari uji coba 2.000 sel telur yang kemudian tumbuh menjadi 1.000 embrio. Dari jumlah itu, hanya satu ekor Snuppy yang dihasilkan.

Proses yang sama kemudian diimplementasikan untuk membuat Tegon, seekor anjing betina jenis beagle (anjing pemburu kecil). Bedanya, Tegon adalah anjing hasil kloning pertama yang bisa bersinar dalam gelap dengan sinar berwarna hijau. Uniknya lagi, sinarnya bisa dihidupmatikan jika Tegon diberi antibiotik tertentu melalui makanannya.

Kemampuan menghidupkan dan mematikan gen warna ini penting artinya dalam penelitian. Ilmuwan bisa memonitor efek suatu zat yang ditambahkan pada gen tersebut. Sebagai contoh, gen beta-amyloiddiketahui sebagai penyebab kerusakan fungsi saraf dalam penyakit alzheimer. Dengan menghidupkan gen tersebut lalu memonitor fungsi saraf setelahnya, dapat menghasilkan petunjuk tentang perkembangan alzheimer.

"Pembuatan Tegon membuka wawasan baru mengingat injeksi gen yang dapat membuat anjing ini bersinar bisa digantikan dengan gen-gen penyebab penyakit-penyakit fatal pada manusia," kata Byeong-chun. Penelitian ini sengaja menggunakan anjing sebagai hewan percobaan karena terdapat sekitar 268 penyakit yang sama-sama bisa diidap oleh manusia dan anjing.

Hasil penelitian ini dipublikasikan di jurnal internasional Genesis. Ilmuwan menghabiskan waktu selama lima tahun dan biaya penelitian sebesar 3,2 miliar won untuk membuat anjing dan melakukan berbagai uji coba yang diperlukan untuk keperluan verifikasi.

sumber: www.kompas.com

Amuba Pemakan Otak Menewaskan 3 Warga AS


Dua orang anak dan seorang pemuda dilaporkan tewas sepanjang musim panas kali ini di tiga negara bagian Amerika Serikat. Kematian mereka dicurigai akibat serangan amuba pemakan otak, yang biasa hidup di air.
Laporan itu disampaikan otoritas kesehatan Atlanta, Georgia, Kamis (18/8/2011). Secara rinci disebutkan, korban pertama tewas menimpa seorang remaja perempuan warga negara bagian Florida berusia 16 tahun. Dicurigai dia terinfeksi amuba berbahaya itu setelah berenang.
Korban kedua teridentifikasi sebagai anak laki-laki berusia sembilan tahun. Menurut ibunya, dia tewas setelah sebelumnya jatuh sakit di hari pertama mengikuti kemah memancing selama seminggu.
Diyakini, kasus-kasus tersebut merupakan kelanjutan dari peristiwa serupa yang pernah terjadi sebelumnya. Kebanyakan korban berjenis kelamin laki-laki dan masih berusia anak-anak atau remaja. Biasanya mereka terinfeksi setelah sebelumnya berinteraksi dengan lokasi amuba biasa hidup seperti berenang di kolam atau danau yang airnya hangat.
Sementara itu kasus kematian ketiga terjadi di negara bagian Louisiana dan menimpa seorang pria muda yang tewas Juni lalu. Diperkirakan dia terinfeksi dari sebuah alat penyemprot kecil berbentuk teko teh, yang biasa dipakai untuk membersihkan hidung dengan air garam. Petugas kesehatan belakangan menemukan keberadaan amuba mematikan tersebut di saluran air rumah tempat tinggal pria muda tersebut.
Namun begitu pakar penyakit menular pemerintah negara bagian Louisiana, Dr Raoult Ratard, menyatakan amuba itu tidak ditemukan di contoh air yang dikonsumsi warga kota. Dengan begitu disimpulkan air yang terinfeksi amuba pemakan otak tadi hanya terdapat di sistem air rumah tempat tinggal si korban, yang cuma diidentifikasi sebagai seorang pria berusia 20 tahunan asal kawasan tenggara Louisiana.
Ratard menambahkan, pria muda itu dipastikan tidak pernah berenang sembarangan atau melakukan kontak dengan air permukaan lainnya. Selain itu diketahui alat penyemprot yang biasa dipakai tidak pernah digunakan dengan air mentah melainkan air steril atau melalui proses penguapan.

sumber: www.kompas.com

Monday, May 23, 2011

[Inspirasi] Berhenti Jadi Gelas

Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung.

"Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu?" sang Guru bertanya.

"Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya," jawab sang murid muda.

Sang Guru terkekeh. "Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu." Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.

"Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu," kata Sang Guru. "Setelah itu coba kau minum airnya sedikit." Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin.

"Bagaimana rasanya?" tanya Sang Guru.

"Asin, dan perutku jadi mual," jawab si murid dengan wajah yang masih meringis.

Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis keasinan.

"Sekarang kau ikut aku." Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat tempat mereka. "Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau." Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah di hadapan mursyid, begitu pikirnya.

"Sekarang, coba kau minum air danau itu," kata Sang Guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir danau.

Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya kepadanya, "Bagaimana rasanya?"

"Segar, segar sekali," kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah. Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya.

"Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?"

"Tidak sama sekali," kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.

"Nak," kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum.
"Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah."

Si murid terdiam, mendengarkan.

"Tapi Nak, rasa `asin' dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya 'qalbu'(hati) yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu jadi sebesar danau.


Open your hands, open your eyes, open your mind and open your hearts



RKY REFRINAL PATIRADJAWANE

Sunday, May 22, 2011

Tersenyum dengan Hatimu

Kisah yang menggugah..

Saya adalah ibu dari tiga orang anak dan baru saja menyelesaikan kuliah saya.Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah Sosiologi. Sang Dosen sangat inspiratif, dengan kualitas yang saya harapkan setiap orang memilikinya. Tugas terakhir yang diberikan ke para siswanya diberi nama “Smiling”.
Seluruh siswa diminta untuk pergi ke luar dan memberikan senyumnya kepada tiga orang asing yang ditemuinya dan mendokumentasikan reaksi mereka.Setelah itu setiap siswa diminta untuk mempresentasikan didepan kelas. Saya adalah seorang yang periang, mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada setiap orang. Jadi, saya pikir,tugas ini sangatlah mudah.
Setelah menerima tugas tsb, saya bergegas menemui suami saya dan anak bungsu saya yang menunggu di taman di halaman kampus, untuk pergi kerestoran McDonald’s yang berada di sekitar kampus.
Pagi itu udaranya sangat dingin dan kering. Sewaktu suami saya akan masuk dalam antrian, saya menyela dan meminta agar dia saja yang menemani si Bungsu sambil mencari tempat duduk yang masih kosong.Ketika saya sedang dalam antrian, menunggu untuk dilayani, mendadak setiaporang di sekitar kami bergerak menyingkir, dan bahkan orang yang semula antri dibelakang saya ikut menyingkir keluar dari antrian.Suatu perasaan panik menguasai diri saya, ketika berbalik dan melihat mengapa mereka semua pada menyingkir? Saat berbalik itulah saya membaui suatu “bau badan kotor” yang cukup menyengat, ternyata tepat di belakang saya berdiri dua orang lelaki tunawisma yang sangat dekil! Saya bingung, dan tidak mampu bergerak sama sekali.Ketika saya menunduk, tanpa sengaja mata saya menatap laki-laki yang lebihpendek, yang berdiri lebih dekat dengan saya, dan ia sedang “tersenyum” kearah saya. Lelaki ini bermata biru, sorot matanya tajam, tapi juga memancarkan kasih sayang. Ia menatap kearah saya, seolah ia memintaagar saya dapat menerima ‘kehadirannya’ ditempat itu.Ia menyapa “Good day!” sambil tetap tersenyum dan sembari menghitung beberapa koin yang disiapkan untuk membayar makanan yang akan dipesan.Secara spontan saya membalas senyumnya, dan seketika teringat oleh saya ‘tugas’ yang diberikan oleh dosen saya. Lelaki kedua sedang memainkan tangannya dengan gerakan aneh berdiri di belakang temannya. Saya segera menyadari bahwa lelaki kedua itu menderita defisiensi mental, dan lelaki dengan mata biru itu adalah “penolong”nya. Saya merasa sangat prihatin setelah mengetahui bahwa ternyata dalam antrian itu kini hanya tinggal saya bersama mereka, dan kami bertiga tiba2 saja sudah sampai didepan counter.Ketika wanita muda di counter menanyakan kepada saya apa yang ingin saya pesan, saya persilahkan kedua lelaki ini untuk memesan duluan. Lelaki bermata biru segera memesan “Kopi saja, satu cangkir Nona.”Ternyata dari koin yang terkumpul hanya itulah yang mampu dibeli oleh mereka (sudah menjadi aturan direstoran disini, jika ingin duduk di dalam restoran dan menghangatkan tubuh, maka orang harus membeli sesuatu). Dan tampaknya kedua orang ini hanya ingin menghangatkan badan.Tiba2 saja saya diserang oleh rasa iba yang membuat saya sempat terpakubeberapa saat, sambil mata saya mengikuti langkah mereka mencari tempat duduk yang jauh terpisah dari tamu2 lainnya, yang hampir semuanya sedang mengamati mereka.. Pada saat yang bersamaan, saya baru menyadari bahwa saat itu semua mata di restoran itu juga sedang tertuju ke diri saya, dan pasti juga melihat semua ‘tindakan’ saya. Saya baru tersadar setelah petugas di counter itu menyapa saya untuk ketigakalinya menanyakan apa yang ingin saya pesan. Saya tersenyum dan minta diberikan dua paket makan pagi (diluar pesanan saya) dalam nampan terpisah.Setelah membayar semua pesanan, saya minta bantuan petugas lain yang ada dicounter itu untuk mengantarkan nampan pesanan saya ke meja/tempat duduk suami dan anak saya. Sementara saya membawa nampan lainnya berjalan melingkari sudut kearah meja yang telah dipilih kedua lelaki itu untuk beristirahat. Saya letakkan nampan berisi makanan itu di atas mejanya, dan meletakkan tangan saya di atas punggung telapak tangan dingin lelaki bemata biru itu, sambil saya berucap “makanan ini telah saya pesan untuk kalian berdua.”Kembali mata biru itu menatap dalam ke arah saya, kini mata itu mulai basahber-kaca2 dan dia hanya mampu berkata “Terima kasih banyak, nyonya.” Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil menepuk bahunya saya berkata “Sesungguhnya bukan saya yang melakukan ini untuk kalian, Tuhan juga berada di sekitar sini dan telah membisikkan sesuatu ketelinga saya untuk menyampaikan makanan ini kepada kalian.” Mendengar ucapan saya, si Mata Biru tidak kuasa menahan haru dan memeluk lelaki kedua sambil terisak-isak. Saat itu ingin sekali saya merengkuh kedua lelaki itu. Saya sudah tidak dapat menahan tangis ketika saya berjalan meninggalkan mereka dan bergabung dengan suami dan anak saya, yang tidak jauh dari tempat duduk mereka.
Ketika saya duduk suami saya mencoba meredakan tangis saya sambil tersenyum dan berkata “Sekarang saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkan dirimu menjadi istriku, yang pasti, untuk memberikan‘keteduhan’ bagi diriku dan anak-2ku! ” Kami saling berpegangan tangan beberapa saat dan saat itu kami benar2 bersyukur dan menyadari,bahwa hanya karena ‘bisikanNYA’ lah kami telah mampu memanfaatkan ‘kesempatan’ untuk dapat berbuat sesuatu bagi orang lain yang sedang sangat membutuhkan.
Ketika kami sedang menyantap makanan, dimulai dari tamu yang akan meninggalkan restoran dan disusul oleh beberapa tamu lainnya, mereka satu persatu menghampiri meja kami, untuk sekedar ingin ‘berjabat tangan’ dengan kami. Salah satu diantaranya, seorang bapak, memegangi tangan saya, dan berucap “Tanganmu ini telah memberikan pelajaran yang mahal bagi kami semua yang berada disini, jika suatu saat saya diberi kesempatan olehNYA, saya akan lakukan seperti yang telah kamu contohkan tadi kepada kami.”Saya hanya bisa berucap “terimakasih” sambil tersenyum. Sebelum beranjak meninggalkan restoran saya sempatkan untuk melihat kearah kedua lelaki itu, dan seolah ada ‘magnit’ yang menghubungkan bathin kami, mereka langsung menoleh kearah kami sambil tersenyum, lalu melambai-2kan tangannya kearah kami.
Dalam perjalanan pulang saya merenungkan kembali apa yang telah saya lakukan terhadap kedua orang tunawisma tadi, itu benar2 ‘tindakan’ yang tidak pernah terpikir oleh saya. Pengalaman hari itu menunjukkan kepada saya betapa ‘kasih sayang’ Tuhan itu sangat HANGAT dan INDAH sekali!
Saya kembali ke college, pada hari terakhirkuliah dengan ‘cerita’ ini ditangan saya. Saya menyerahkan ‘paper’ saya kepada dosen saya.Dan keesokan harinya, sebelum memulai kuliahnya saya dipanggil dosen saya ke depan kelas, ia melihat kepada saya dan berkata, “Bolehkah saya membagikan ceritamu ini kepada yang lain?” dengan senang hati saya mengiyakan. Ketika akan memulai kuliahnya dia meminta perhatian dari kelasuntuk membacakan paper saya. Ia mulai membaca, para siswapun mendengarkandengan seksama cerita sang dosen, dan ruangan kuliah menjadi sunyi. Dengan cara dan gaya yang dimiliki sang dosen dalam membawakan ceritanya, membuat para siswa yang hadir di ruang kuliah itu seolah ikut melihat bagaimana sesungguhnya kejadian itu berlangsung, sehingga para siswi yang duduk di deretan belakang di dekat saya diantaranya datang memeluk saya untuk mengungkapkan perasaan harunya.
Di akhir pembacaan paper tersebut, sang dosen sengaja menutup ceritanya dengan mengutip salah satu kalimat yang saya tulis diakhir paper saya.“Tersenyumlah dengan ‘HATImu’, dan kau akan mengetahui betapa ‘dahsyat’ dampak yang ditimbulkan oleh senyummu itu.”Dengan caraNYA sendiri, Tuhan telah ‘menggunakan’ diri saya untuk menyentuhorang-orang yang ada di McDonald’s, suamiku, anakku, guruku, dan setiap siswayang menghadiri kuliah di malam terakhir saya sebagai mahasiswi. Saya lulusdengan 1 pelajaran terbesar yang tidak pernah saya dapatkan di bangku kuliah manapun, yaitu: “PENERIMAAN TANPA SYARAT”. Banyak cerita tentang kasih sayang yang ditulis untuk bisa diresapi oleh parapembacanya, namun bagi siapa saja yang sempat membaca dan memaknai cerita inidiharapkan dapat mengambil pelajaran bagaimana cara MENCINTAI SESAMA, DENGAN MEMANFAATKAN SEDIKIT HARTA-BENDA YANG KITA MILIKI, dan bukannya MENCINTAI HARTA-BENDA YANG BUKAN MILIK KITA, DENGAN MEMANFAATKAN SESAMA!
Jika anda berpikir bahwa cerita ini telah menyentuh hati anda, teruskan ceritaini kepada orang2 terdekat anda. Disini ada ‘malaikat’ yang akan menyertai anda, agar setidaknya orang yang membaca cerita ini akan tergerak hatinya untukbisa berbuat sesuatu (sekecil apapun) bagi sesama yang sedang membutuhkanuluran tangannya!Orang bijak mengatakan: Banyak orang yang datang dan pergi dari kehidupanmu,tetapi hanya ‘sahabat yang bijak’ yang akan meninggalkan JEJAK di dalam hatimu.Untuk berinteraksi dengan dirimu, gunakan nalarmu.

Tetapi untuk berinteraksi dengan orang lain, gunakan HATImu!

Orang yang kehilangan uang, akan kehilangan banyak, orang yang kehilangan teman, akan kehilangan lebih banyak!

Tapi orang yang kehilangan keyakinan, akan kehilangan semuanya! Tuhan menjamin akan memberikan kepada setiap hewan makanan bagi mereka, tetapi DIA tidak melemparkan makanan itu ke dalam sarang mereka, hewan itu tetap harus BERIKHTIAR untuk bisa mendapatkannya.Orang-orang muda yang ‘cantik’ adalah hasil kerja alam, tetapi orang-orang tua yang ‘cantik’ adalah hasil karya seni.

Belajarlah dari PENGALAMAN MEREKA, karena engkau tidak dapat hidup cukup lama untuk bisa mendapatkan semua itu dari pengalaman dirimu sendiri. GOD BLESS YOU.